Kejadian ini kira kira sudah 1-2 bulan yang lalu di mana pada waktu tersebut
ketika seluruh umat Islam di dunia ini sedang merayakan hari kebesaran nya.
Tentu,saya sebagai umat Buddhis juga menikmati masa liburan tersebut meskipun
hanya liburan ala biasanya selama 1 minggu.
Saya sangat tertarik untuk menuliskan kisah " Saksi Perbincangan
di Warung Tekko " di blog pribadi ini di karenakan kisah seseorang memang
agak unik dan tidak akan selesai untuk di bahas dan tentunya dengan sepengetahuan si “H”
.
Kira-kira pukul 19.00 WIB,kami berlima ( Saya, si “H”,Ivaldy J,Felix,David )
pada malam itu untuk mencari makan malam dan sesegara nya kami sepakat ke
Warung Tekko yang terletak di perumahan elit Multatuli setelah menghabiskan waktu
dari siang hingga sore di salah satu Mall terbesar di kota Medan ini.
Singkat ceritanya, kami pun memesan makanan terutama Iga Bakar yang sudah
terkenal di rumah makan ini. Sambil menunggu makanan yang di pesan,banyak topik
yang kita bahas dan oppss sampai kita juga membahas seseorang yang berinisial
"X".
Yah.. saya, si “H”, Ivaldy memang pada malam sebelumnya melakukan sebuah
converence chat hingga dini hari. Sudah di maklumi oleh kita semua sebagai
temannya si “H”, di antara kita semua dia lah yang paling sering cur..cur..Barang
kali ini sudah menjadi ahlinya..Hahahah.. Salah satu topik yang di bahas pada
malam itu adalah sedikit berkaitan dengan si “X”.
Maka,setelah mengisi perut ini yang rasa laparnya
sudah tidak bisa di kompromi lagi,satu sesi cur.cur. juga terjadi,di mana saya
memulai percakapan dengan si “H”.
Saya : Oee ****,panggilan untuk si
“H” gimana elu dengan si “X” ? Tanya saya sambil menikmati es Chincao Susu yang
sudah setengah habis.
Si “H” : Akhhh,,si “X” kan uda merasa sudah menjadi “Elang”, kita masih di
kawasan “Bangau” katanya dengan nada sedikit menyindir. (Mengingatkan saya kata
Elang & Bangau pada converence chat yang di lontarkan dirinya semalam)
Satu kalimat yang simpel dan memilik makna yang cukup mendalam yang di
dapatkan si “H” dari abang sepupunya
yang di tinggal di Jakarta yaitu “ Jangan Pernah berharap bisa terbang bagaikan
Elang , jika anda masih berada di kawasan Bangau” #pepatah
Bla.bla. bla. Panjang sekali jika ingin menuliskan seluruh kata-kata yang di
lontarkan anak itu.
Sambil ikut mendengar perbincangan ini, Ketiga teman saya yang berjurusan
IPA itu mulai mengetahui bahwa CUR..CUR.. akan di mulai di mana Warung Tekko akan
menjadi saksi perbicangannya si “H” malam hari ini.
Memang bukan suatu kebetulan, perkiraan para calon ilmuwan ini tepat. Sambil
mendengar si “H” bercurhat ria. Secara sembunyi-sembunyi si Felix mulai merekam
hasil “pidato” anak tersebut.. Mungkin sampai sekarang masih di simpan di dalam
ponsel nya..hehehe
Bagaimana tidak melakukan cur..cur, mungkin ini yang ia rasakan sekarang
terhadap si “X” dimana suatu perselisihan yang pada kenyataan merupakan
kesalahan masing-masing. Tetapi ntah jadi bagaimana masalah seolah-olah adalah kesalahan
si “H”. Akibatnya? Anak ini merasa terkucilkan secara tidak langsung dari
sebuah “ Pertemanan “ dengan si “ X “ dkk.
Maklumi saja, menurut saya si “X” itu
memang agak kontroversial seperti seorang Mourinho yang sering
membanggakan achievement yang ia dapat atau pun sering melontarkan sebuah
pernyataan/kritik pedas yang membuat telinga ini akan memerah setelah mendengarnya.
Pribadi saya sendiri bagaimana pun, saya selalu berusaha untuk mencoba melihat seseorang dari sisi positif (Nobody is Perfect ) dan memaklumi hal – hal negatif seseorang dengan catatan hal tersebut tidak melewati batas kewajaran dan tidak sampai merugikan diri saya sendiri.
Pribadi saya sendiri bagaimana pun, saya selalu berusaha untuk mencoba melihat seseorang dari sisi positif (Nobody is Perfect ) dan memaklumi hal – hal negatif seseorang dengan catatan hal tersebut tidak melewati batas kewajaran dan tidak sampai merugikan diri saya sendiri.
Selesai.